Limbo Tombuluruha
Kelompok perempuan Saga Jaya pada saat pemasangan Crab Drum untuk pembesaran kepiting bakau

Perspektif

Kelompok Perempuan dan Pembesaran Kepiting Bakau Secara Berkelanjutan di Wakatobi

Oleh: La Ode Arifudin, Wakatobi Stakeholder Engagement Coordinator YKAN

Revitalisasi kearifan lokal dalam mendukung pengelolaan sumberdaya alam tidak selamanya hanya tentang melindungi satu wilayah. Di wilayah adat Limbo Tombuluruha – Barata Kahedupa – Taman Nasional Wakatobi juga dilakukan upaya membangun kesadaran untuk meningkatkan nilai ekonomi perempuan yang selama ini beraktifitas mencari hasi laut secara tradisional, tepatnya di wilayah ekosistem bakau berupa bivalvia dan jenis kerang-kerangan.

Dalam dukungan program Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), kelompok perempuan yang menamakan diri Kelompok Saga Jaya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan pembesaran kepiting bakau secara ramah lingkungan dengan sistem Crab Drum, yaitu pembesaran individu dengan menggunakan bibit lokal di area ekosistem bakau. Harapannya, hasil penjualan kepiting bakau ini akan menjadi tambahan modal usaha dan menambah penghasilan untuk biaya sekolah anak-anak mereka.

"Kami sangat terbantu dengan pelatihan tentang kepiting ini, karena kami tidak punya pengalaman membesarkan kepiting. Kami terbiasa mecari di bakau tapi tidak memelihara sampai besar. Semoga kami bisa karena sebagian dari kami bahkan tidak bisa baca tulis, tapi dengan praktek bisa paham,” ujar Eslamia, Ketua kelompok Saga Jaya.

Kelompok perempuan Saga Jaya merupakan kelompok yang pembentukannya diinisiasi oleh YKAN bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Wakatobi pada tanggal 17 Oktober 2022, beranggotakan 12 orang ibu-ibu rumah tangga. Upaya pendampingan untuk menghidupkan kembali kearifan lokal Kapal Nu Komoa dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam di pesisir wilayah adat Limbo Tombuluruha – Barata Kahedupa.

Wilayah pesisir laut Limbo Tombuluruha – Barata Kahedupa merupakan hamparan ekosistem mangrove yang tumbuh secara alami dan baik. Saat ini, masyarakat sudah banyak memahami tentang pentingnya mangrove untuk menunjang kehidupan ekosistem pesisir terutama setelah adanya kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang sering dilakukan oleh Balai Taman Nasional Wakatobi dan parapihak lainnya.

Sebagian masyarakat Desa Balasuna Selatan terutama kaum ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan wilayah ekosistem mangrove sebagai tempat mencari sumber makanan berupa biota laut yang berafiliasi dengan mangrove seperti bifalvia, teripang dan kerang. Mereka berjalan kaki di antara celah mangrove bahkan cenderung mengapungkan diri pada air laut sembari menyelam untuk mencari biota-biota laut tersebut.

Untuk itu, sebagai langkah awal dalam meningkatkan pemberdayaan perempuan, YKAN membangun komunikasi dengan pemerintah Desa Balasuna Selatan tentang pentingnya meningkatkan kapasitas dalam bentuk kelompok perempuan yang selama ini beraktivitas sebagai pencari biota laut di ekosistem mangrove. Kemudian, Kepala Desa Balasuna Selatan meninkalanjuti dengan mengukuhkan Kelompok Saga Jaya pada tanggal 27 Oktober 2022 dengan Nomor Surat: 145/159/DBS/2022. 

Ekosistem mangrove di pesisir Desa Balasuna Selatan juga merupakan habitat yang baik bagi kepiting bakau, maka disepakati bahwa bidang usaha yang akan dilakukan oleh kelompok perempuan ini adalah pembesaran kepiting bakau. Target utama dalam membangun komunikasi dengan pemerintah ialah upaya untuk mengintegrasikan dukungan juga masuknya program perencanaan desa terkait usaha pembesaran kepiting bakau bagi kelompok masyarakat di Desa Balasuna Selatan.

Visi dari kelompok Saga Jaya adalah meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan masyarakat Desa Balasuna Selatan – Limbo Tombuluruha lewat usaha pembesaran dan penjualan kepiting bakau yang dapat diwujudkan melalui 3 misi yakni (1) mengembangkan usaha pembesaran kepiting bakau, (2) peningkatan kapasitas anggota kelompok, dan (3) menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya alam sekitarnya.

Metode pembesaran yang disepakati adalah pembesaran individu dalam wadah Crab drum dengan menggunakan bibit kepiting lokal di Pulau Kaledupa. Pemilihan metode ini dilandasi pada pengalaman kelompok pembesaran kepiting bakau sebelumnya di Pulau Kaledupa dengan sistem metode tebar alami yang mengalami gagal panen karena bibit yang dipakai adalah dari luar daerah dan kepitingnya saling memangsa antara satu dengan lainnya dalam kandang pagar yang mengelilingi area pelepasan kepiting tersebut.

Kelompok perempuan Saga Jaya pada saat pemasangan Crab Drum untuk pembesaran kepiting bakau © Arman/ Forkani

Kegiatan pembesaran kepiting bakau di area ekosistem mangrove dengan metode Crab Drum  ini adalah kali pertama dilakukan di Wakatobi khususnya di Pulau Kaledupa dengan tujuan untuk menambah pendapatan dan membantu ekonomi keluarga melalui penjualan kepiting bakau. Di samping itu, pembesaran kepiting bakau dengan memanfaatkan celah-celah alami dari ekosistem mangrove adalah sebagai langkah edukasi yang efektive kepada masyarakat khususnya kelompok Saga Jaya untuk senantiasa menjaga kelestarian ekosistem mangrove dan sekitarnya karena pembesaran kepiting bakau sangat bergantung erat dengan lingkungan ekosistem mangrove yang terjaga kelestariannya dengan baik.

Namun karena usaha ini baru dirintis sejak bulan Januari 2023, sampai saat ini untuk penjualan kepiting hasil pembesaran belum bisa dilakukan secara maksimal karena nilai jual maksimal kepiting ketika setidaknya berat per ekor mencapai 1 kg. Untuk itu maka kelompok Saga Jaya terus memberikan pakan berupa ikan rucah pada kepiting dalam Crab Drum tersebut.